here, an example of drama. if you need a drama you can use this one.
well, enjoy it.
Judul : Sampai Kapan Kotaku Suram
Tema : Trafficking Human
Annisa Shah Rizky sebagai Nancy ( Bos )
Iffah Dewi Amalya sebagai Iffah ( Pengamen 1 )
Nafilaturif’ah sebagai Nafilah ( Pengamen 2 )
Fika Maslakha sebagai Fara ( Pengamen 3 )
Rizky May sebagai Mayda ( Polisi 1 )
Indah Widyawati sebagai Indiana ( Polisi 2 )
Yusril Ramadhan sebagai Yusril ( Mahasiswa )
Seperti biasa, pagi ini Yusril menyusuri gang yang ada di depan rumah kosnya. Dengan langkah gontai tapi pasti, dia sampai di depan gedung besar yang selama hampir empat tahun dia datangi setiap hari. Dengan perasaan was-was dia dan teman-temannya menunggu dosen yang setelah meninggalkan kelas seakan memberi beban dua ton di kepala mereka. Dan jelas, hal itu membuatnya menambah catatan di list “problematika” miliknya.
Awan mendung seakan setuju dengan perasaan hatinya. Dia kembali berjalan menyusuri jalan raya sebelum sampai di gang kosnya. Dia berhenti barang sejenak untuk menenangkan tenggorokannya karena kehausan disebuah lapak penjual es, setelah merogoh sakunya dan mengeluarkan tiga lembar uang dua ribuan, dia menikmati segarnya es tebu.
Ketika menegukkan air segar itu, dia mendengar suara nyaring seorang gadis yang berada tak jauh dari tempat duduknya. Tapi Yusril tak menggubris mereka.
( Nafila dan Iffah berjalan)
Nafila : “Seribu...dua ribu...tiga ribu...”.
Iffah : “Hey...dapat berapa hari ini ?”.
Nafila : “Cuma segini...kayaknya kurang deh buat setor ke bos”. (sambil menunjukkan uangnya pada Iffah)
Iffah : “Hari ini aku dapet lumayan banyak...nih sebagian buat kamu...biar kamu gak dimarahin bos...”.
Nafila : “Enggak deh...itu kan hasil jerih payahmu. Enak di aku dong kalo ngambil gitu aja jerih payahmu...”.
Iffah : “Udah gak papa. Ambil aja deh” (sambil memberikan uangnya pada Nafila).
Nafila : (dengan wajah ragu, menerima uang dari Iffah) “Makasih ya”.
Iffah : (tersenyum) “Oi...”.
Sekali lagi, Yusril menambahkan catatan di list problematikanya setelah keluar dari gerbang utama kampusnya. Dia kembali menyusuri jalan yang biasa ia lewati. Dan seperti biasa lagi, dia berhenti untuk menikmati esnya di tempat duduknya yang kemarin. Dan entah mengapa ketika ia meneguk airnya, dia kembali mendengar suara gadis yang kemarin.
Nafila : (bernyanyi)
Yusril : “Hey kalian !! Sini deh !!”.
Iffah : “Iya, ada apa bang ?”.
(Nafila dan Iffah datang menghampiri kemudian duduk di samping Yusril)
Yusril : “Ngapain sih, loe minta-minta tiap hari ?”.
Nafila : “Hmmm...Ya biar dapet uang lah bang, emang mau buat apaan lagi coba”.
Yusril : “Ya gua mah tau. Tapi kenapa kagak kerja aja, kalian pada kan masih muda, masih punya banyak harapan buat kerja yang lain”.
Iffah : “Ngapain sih nasehatin gitu, abang sendiri emang uda bener jadi mahasiswa ?”.
“Mahasiswa yang membangun bangsa dan negaranya supaya gak ada pengamen lagi”.
(dengan gaya orang bijak, sambil berdiri kemudian duduk lagi)
Nafila : “Udah ah, loe juga, ngamen aja belagu amat, bahasa loe tuh kayak diplomat”.
Yusril : (tertawa) “Hahahaha”.
(dari jauh)
Fara lari menuju mereka bertiga.
Fara : “Eh...eh...ehh balik yuk !”.
Nafila dan Iffah : “Maaales ahh!!”. (bersamaan)
Iffah : “Ngapain juga balik ? Paling-paling juga dapet omelan lagi dari si bos”.
Nafila : “He.eh”. (mengangguk setuju)
(Nafila, Iffah, Fika dan Yusril melanjutkan percakapan)
Di kesunyian malam saat Yusril sedang mengerjakan tugas di meja yang lumayan layak pakai, entah apa yang membuat fikirannya menuju para pengamen yang ia temui beberapa hari yang lalu.
(beranjak dari meja dan duduk menyandar di tembok)
Yusril : “Iya ya...... bener juga kata pengamen tadi, masa gua yang jadi mahasiswa yang tinggal nerima kiriman uang dari ortu, gua malah males-malesan gini.
“ Ada tugas gini ngeluh, tugas gitu ngeluh. Jadi apa nanti negara ini nanti, sedangkan mereka harus kerja keras demi menyambung hidup mereka. “
“Harusnya gua bersyukur ama hidup yang udah gua dapet sekarang”.
“ Udah seharusnya gua mengalahkan belenggu kemalasan ini.”(mengepalkan tangan)
“ Buat apa masa muda kalo gak dimanfaatin ?”.
“ Ya ... gua harus bangkit untuk masa depan gua... dan demi keluarga gue”.
(menuju meja belajar dan melanjutkan mengerjakan tugas)
Yusril : “Hhooooaaaammm... pagi ini, gua harus bangkit...”.
“Dan problem yang ada di list gua harus kelar semua.”
(mandi dan siap pergi kuliah)
Setelah mandi, Yusril berangkat ke tempat kuliahnya. Saat berangkat tidak sengaja ia melihat gadis-gadis pengamen yang biasa ditemuinya sedang terlibat konflik dengan seseorang yang berperawakan ceking tapi kejam. Setelah orang tersebut meninggalkan para pengamen, Yusril menghampiri mereka.
Yusril : “Tadi itu siapa ?”. (merunduk)
(Fara, Iffah, Dan Nafila dalam kedaan duduk)
Fara : “Ta.. ta.. tadi... yang mana ?”.
Yusril : “Yang marahin kalian tadi”.
Fara : “I..ii..tu tadi bos kita”.
Yusril : “Bbb....boss...? ??. Berarti selama ini kalian kerjanya terpaksa ?”
Iffah : “Yaa... gitu deh”.
(Nancy datang)
Nancy : “Sapa loe ?”. (sambil melotot)
Yusril : “Eh nyolot amat loe jadi orang”
Nancy : “Kalo gak ada urusan, pergi loe dari sini”.
Yusril : “Gua gak ada urusan ama loe, tapi gua ada urusan ama mereka” (menunjuk Fara, Iffah dan Nafila)
Nancy : “Loe gak dengerin gua???”. (sambil mendorong Yusril)
Yusril : “Eh biasa aja gak usah dorong-dorong “.
Nancy : “Pergi loe !”.
Yusril : “Awas loe !”. (sambil meninggalkan Nancy)
Setelah Yusril beranjak pergi, Nancy memarahi ketiga pengamen tersebut.
Nancy: “Sejak kapan kalian kenal orang sengak macam dia, hahh ?”.
(Iffah, Fara dan Nafila diam tertunduk)
Nancy : “Ngapain diem aja ! kalian gak punya mulut ??” . (menggebrak tembok)
Nafila : “Dia bukan sapa-sapa kita bos”.
Nancy : “Gausah belaga gak tahu!”.
“Loe bo’ong sama gue kan?, ngaku deh loe.” ( menjewer telinga Nafila kemudian melepasnya)
Nafila : “Bener bos”. (sambil memegang telinga)
Iffah : “Suer tekewer-kewer bos”.
Nancy : “Hahahahaa... lupain ! Cepet kerja !”.
Fara : “Ii..ii..yaa bos”.
(Nancy pergi)
Iffah : “Bos tuh aneh deh ! “. (sambil berdiri)
Fara : “Aa..a..a neh ke.....ke.....kenapa ?”. (berdiri bersamaan dengan Iffah)
Iffah : “Masak abis marah-marah gitu langsung ketawa gak jelas”.
(Iffah, Fara, dan Nafila berjalan keluar meninggalkan panggung)
Keesokan harinya, saat Yusril tengah berangkat menuju kampus, ia berpapasan dengan tetangganya.
Yusril : “Pagi...”. (menghampiri tetangganya)
Mayda : “Pagi juga...Eh Yusril mau kemana ?”.
Yusril : “Mau berangkat kuliah nih te !”.
Mayda : “Ada kelas jam berapa ?”.
Yusril : “Setengah sembilan”.
Mayda : “Kok pagi-pagi gini udah berangkat ?”.
Yusril : “Mau cari bubur ayam, biasa anak kos”.
Mayda : “Nih loh dirumah tante kebetulan ada sop asparagus, dari pada habis-habisin uang, mending makan disini aja bareng tante, sekalian ngobrol-ngobrol , kan uda lama gak ngobrol bareng”.
Yusril : “Bener nih te ? kagak ngerepotin ?”.
Mayda : “Iya bener, ayo masuk”. (sambil mengajak masuk )
(Yusril mengikuti langkah Mayda)
Mayda : “Duduk-duduk”. (sambil mempersilahkan duduk)
Yusril : “Makasih te”
Mayda : “Bentar ya, tante mau ngambil mangkok dulu”. (menuju dapur)
Yusril : “Iyaa te”
Mayda : (kembali ke ruang tamu) “Nih Yus , ayo dicoba”.
Yusril : (termenung)
Mayda : “Yus !”. (menggoyangkan badan Yusril)
Yusril : “Eh, iyaa te...maaf...”.
Mayda : “Hayoo lagi nglamunin apa ? Nglamunin pacar ya ?”.
Yusril : “Enggak lah te...pacar darimana ?. Masak ada yang mau ama aku...
Udah keriting, jerawatan, BB lagi te”.
Mayda : “Hahaha...sadar diri akhirnya. Bercanda Yus...gak boleh gitu itu”.
“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah” ( dengan gaya bernyanyi)
Yusril : “Waahh tante malah konser...gak ada receh nih te”.
Mayda : “Hahahaha... Kurang ajar kamu...udah deh cepet dimakan...”.
Yusril : “Okeh te”.
Mayda : “Gimana Yus, rasanya ?”.
Yusril : “Uuuekkk.....uueeennakk tante ...”. ( mengacungkan jempol )
Mayda : “ Ya iyalah ,, gratisan .. Bercanda Yus” (memukul punggung Yusril)
“Tadi kenapa kamu kok ngelamun ?? “.
Yusril : “Lagi ngebayangin pengamen te ..”.
Mayda : “Emang kenapa dengan pengamen ?”.
Yusril : “Nggak tau nih te ,, padahal kemarin baru kenal ama tuh pengamen ,, tapi kok udah kepikiran”.
Mayda : “Kenapa mereka ??”.
Yusril : ”Kasihan aja te ,, kehidupan mereka menginspirasi hidupku”.
(tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu)
(tok...tok...tok....)
Mayda : ”Bentar ,, siapa ya ??”. (sambil menuju pintu lalu membukanya)
“Eh bu Indiana ,, “. (cipika-cipiki)
“Ayo masuk...”.
Indiana : “Sapa tuh, Bu ??” (sambil menuju kursi ruang makan)
Mayda : “ Tetanggaku Bu ,, “
Indiana : “oooohhh .... gituuu...” (sambil duduk)
Yusril : “Kenalin ,, nama saya Yusril”.
Indiana : “Saya Indiana ,, rekan kantornya bu Mayda”.
Mayda : “Ayo makan ,, makan . Eh Yus ,, lanjutin dong cerita mu tadi ,, “.
Yusril : “Ohh ,, iya ... mereka itu kayaknya korban trafficking deh te ..”.
Indiana : “Mereka siapa??”.
Mayda : “ Ini loh ,, si Yusril kenalan ama pengamen “.
Yusril :” Iya te ,, mereka tuh kasihan ... tiap hari kerja keras , ngamen dan hasilnya pun harus diserahkan kepada bos mereka..”.
Indiana : “Kamu yakin ?? Apa emang itu kejadiannya?.
Mungkin Cuma perasaan mu aja ...”
Mayda : “Mending selidikin dulu aja ,, kalo emang bener ,, nanti bakal kita bantu ..”.
Yusril : “ Iya te ,, .
Oh iya ,, makasi ya te supnya .. Aku mau berangkat kuliah dulu ..”.(sambil berdiri)
Mayda: “Eh,, bayar dulu dong ,, “.
Yusril : “Loh ,, katanya tadi gratis ..”.
Mayda : “Hahaha ... Ya udah ,, cepet berangkat sana ...”.
Minggu pagi ....
Yusril : “ Jogging ahh ... udah lama nggak olahraga ,, ampek perut ini mancung...”
(keluar dari kosan)
Yusril berlari-lari kecil ,, dengan tidak sengaja ,, ia melihat para pengamen yang biasa ia temui . Para pengamen tersebut dipanggil oleh Bosnya , dan mereka pergi bersama bosnya . Yusril pun membuntuti mereka dan memotret semua kejadian yang dilihatnya ...
Sampai pada suatu tempat .
Nancy : “ Mana setoran kalian yang kemarin ?? “
Nafila : “ Ini bos. “ ( menyerahkan uang lima ribu rupiah )
Nancy : “ Apaan nih .... cuman segini ?? “.
( Melempar uang ke wajah Nafila )
Nafila ; “ Maaf Bos , memang adanya segitu. “
Nancy : “ Halaa , banyak alesan.... loe gag dapet jatah makan hari ini.
Pergi Loe ... kalau sampe nanti sore loe belum dapet tiga puluh ribu , gag usah balik kesini.”
“Mana punya loe ?? “ ( bertanya pada Fara )
Fara : “ I...ii...ni Boss ..... “
Nancy : “ Nah ...... gini dong .... ini baru anak buah gue. “ ( Menepuk punggung Fara)
“ Loe mana ??” ( melihat Iffah )
Iffah : “ Nih ..... “ ( sambil menyerahkan uang kepada Nisa )
Nancy : “ Oke.... “
Setelah melihat kejadian itu , Yusril meninggalkan tempat itu. Dan kembali ke tempat kosnya.
Pada malam harinya , Yusril pergi ke rumah tetangganya. Sesampainya di sana , dia mengetuk pintu rumah itu.
( tokkk....tokk... )
Yusril : “ Tante ... “
Mayda : “ Iya ada apa Yus ?? Malem malem kog ke rumah. “’
Yusril :” Ini Te , masalah pengamen jalanan yang kemaren itu lho . “
Mayda : “ Oh ya , ayo masuk dulu .” ( Mempersilahkan masuk )
Yusril : “ Gini Te , karena udah malem, to the point aja yah ?? “
“ Tadi pagi pas aku lagi jogging , aku ngelihat tu pengamen di siksa lagi sama Bosnya”
Mayda : “ Masa’ sih ?? “.
Yusril : “ Iya Te , masak gara gara setoran nggak memenuhi target “.
“ tuh pengamen gak di kasih jatah makan “.
Mayda : “ Kog sadis gitu yah ??”.
“ kalau gitu , ntar Tante bilang ke teman tante biar ada yang memproses kasus ini ...”
Yusril : “Iya te, udah malem nih. Pamit dulu ya te.”
May : “Iya, hati-hati yah Yus, makasih laporannya.”
Di Kantor polisi ....
Mayda : (masuk dengan terburu-buru menuju meja Indiana)
Indiana : “ Eh udah dateng , kok kayak kesetanan gitu sih...”
Mayda : “Iya... masih inget tentang pengamen yang kemaren kan ?”
Indiana : “Ooo... Iya... Iya... Apa emang bener kasus itu ?”
Mayda : “ Iya, bener kemaren si Yusril udah nyelidiki lagi.”
Indiana : “ Oke saya percaya, tapi bagaimanapun sebelum bertindak kita harus melihat sendiri di TKP.”
Mayda : “Setuju, kapan kita terjun ?”
Indiana : “Lebih cepat lebih baik.”
Mayda : “Tapi laporan kita harus memperoleh acc dulu kan ?”
Indiana : “Oke, kita garap sekarang.” (mulai mengetik )
Setelah beberapa saat . . . . .
Mayda : “Oke udah kelar, nih kita setorkan ke Pak Damar, saya tunggu di sini.”
Indiana : “Oke, wait for a while ya.”
( Meninggalkan May )
Mayda : (datang) “Siippp ... Ayo terjun ke TKP, kamu ambil motor, saya akan telefon Yusril.”
Indiana : “Ya, tunggu di gerbang ya.”
May : “OKE.!!” (mengacungkan jempol)
Di depan Gerbang . . . .
Mayda : “Hallo Yusril, kamu ada kelas gak ? kita akan tejun ke TKP. Kamu bisa bantu gak.?
Yusril : “Iya – Iya, saya usahakan, saya akan berangkat.”
Mayda : “ Oke, kamu saya tunggu di lampu merah Jl. Sumatra.”
Yusril : “Oke.”( mematikan telefon genggamnya)
Di Lampu Merah Jalan Sumatra . . . .
Yusril : “Maaf te, lama ! Tadi macet.”
Mayda : “Oke – oke gak papa kok.”
“Ayo cepat tunjukkan lokasinya.”
Yusril : “Iya te, ayo kita berangkat.” ( keluar meninggalkan panggung )
Sesampainya di TKP . . . Indah, May dan Yusril melihat para pengamen itu di siksa lagi oleh bos mereka.
Nancy : “Dasar bocah-bocah IDIOT !! Masa ngamen dari pagi sampai sore cuma dapet lima ribu !!!
( melotot )
Fara : “Maa .. Maa .. af bos .”
Nancy : “Kalian bisanya cuma minta maaf aja !! Lama – Lama gue eneg ma Loe-Loe pada.”
(mendorong Fara)
Fara : (menunduk) “A.. A..Ampunn Bos ...”
Iffah : “Jangan kasar donk bos..!!” (dengan pandangan menikam)
Nancy : “Eh Loe gak usa banyak bacot, diem loe.”
Iffah : “Perhatian dikit napa bos.!!
Nancy : “Loe lama-lama bawel yah, rasain nih.!!” (menampar Iffah)
Fara : “Ampun Bos , jangan siksa kami.” (memelas)
Nancy : “Kalian kerja pada gak becus !! (menendang kaleng kosong)
Nafila : “Ampun bos .. ampun” (memohon di kaki Nisa)
Nancy : “Bawel Lo.” (akan menampar)
Indah dan May : “ANGKAT TANGAN...!!!!” (kompak)
(Nafila, Iffah dan Fara lari meninggalkan Nancy menuju ke arah polisi)
Nancy : “Apa-apaan nih.!”
Indiana : “Anda kami tangkap dengan tuduhan menyiksa dan memperkerjakan anak dibawah
umur.!!!!”
Nancy : Hahahaha, kata siapa ? sekarang mana buktinya ?
Mayda : “Nih buktinya.!!” (memperlihatkan bukti)
Nancy : (melongo)
Indiana : “Ayo ikut kami ke kantor polisi ... Anda tidak bisa mengelak lagi ...”
Nancy : “ enggak... gua nggak mau .. “ (memberontak)
Indiana : “sudah ,, cepat ikut kami !!!”
Mayda : “Cepat !!
Nancy : (melarikan diri)
Mayda : “ jangan lari. Kaki Anda akan saya tembak .”
Nancy : ( tetap berlari)
Indiana : (menembakkan pistol ke arah kaki Nisa)
Nancy : “Argghh...!!!” (kesakitan dan terjatuh)
Mayda : “Bawa dia.”
Indiana : “Baik.” (mengangkat Nancy dan meninggalkan Mayda)
Setelah Nisa tertembak . . . .
Mayda : “Makasih Yus udah bantu kami dalam menangani kasus ini .”
Yusril : “Iya, sama-sama te, terus gimana nasib anak-anak pengamen ini ?”
May : “Sudah, lebih baik kamu kembali ke kampus, berita dari kamu sudah cukup membantu kami untuk mengurangi krimanilitas di kota kita ini. Dan untuk anak – anak itu, pihak kami yang akan mengurusi”.
Yusril : “Siap te......”. (dengan wajah sumringah)
Akhirnya, selesai sudah kehidupan suram ketiga pengamen tersebut. Untuk hari – hari berikutnya, kehidupan mereka semakin cerah dan berwarna. Mereka melewati hari - hari dengan suka cita . Tapi bagaimana dengan pahlawan kita, ya...siapa lagi kalau bukan si Yusril....????
Epilog
Angin sejuk pagi ini setuju dengan keadaan hati Yusril. Ya, setelah peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu, Yusril melewati hari – harinya dengan semangat yang meletup – letup. Hampir setiap anggota tubuhnya, seakan menyuarakan “Semangat, Yusril. Masa depanmu masi panjang , bukan??????”. Hati dan otaknya seakan setuju meski tanpa di ucapkan. Dalam hati Yusril berjanji tidak akan menulis di list problematika miliknya. Dan dia juga tidak akan bertoleransi dengan hal – hal yang membuatnya terpuruk dan putus asa.